Sufi Haraki Daie Murabbi

.:Moga Dagang kita diterima ALLAH:. "Ssghnya,Jihad mengajar kita bahawasanya ISLAM itu umpama sepohon pokok yang tidak mungkin tumbuh melainkan di atas titis darah dan air mata"

Tok Guru,Mursyidul Am PAS pesan...

“Saya minta semua sebanyak mana yang boleh pergi kena pergi. Tangkap manusia dengan tiada perbicaraan itu kesilapan dan kita sebagai manusia membetulkan kesilapan Umno yang menzalimi rakyat,” katanya.
Ini adalah manifestasi jihad zaman moden..
Jom,apa tunggu lagi!

Tentunya ada diantara sahabat yang merasa tercari-cari, mengenai apa-apa saja yang perlu dipersiapkan menjelang bulan Ramadhan. Untuk itu, mungkin ini dapat menbantu!

1. I’dad Ruhi Imani, wal jasadi..iaitu persiapan ruhiyy dan fizikal.

Orang-orang yang soleh biasa melakukan persiapan ini seawal mungkin sebelum datangnya bulan Ramadhan. Bahkan mereka sudah merindukan kedatangannya sejak bulan Rajab dan Sya’ban. Biasanya mereka berdoa : "Ya Allah, Berikanlah kepada kami keberkatan pada bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami kepada Ramadhan".

Dalam rangka mempersiapkan diri kearah itu.. dalam Surat At-Taubah Allah melarang kita melakukan pelbagai kemaksiatan dan kezalimam sejak bulan Rajab lagi,opps!ini tidak bererti yang dibulan lain dibolehkan pula ye...tapi ia adalah agar di bulan rejab kadar iman kita sudah di tangga 80% mungkin?? Hal ini dimaksudkan agar sejak bulan Rajab kadar keimanan kita sudah meningkat.Dengan kata nama lain yang mana bulan rejab dan sya’ban adalah bulan untuk kita streching dan warming up!,agar tidak lah masuk bulan puasa,semua mengalami “unconciuos”,”cramp”,”gastrict” dan sebagainya.

Biasakan diri dengan latihan fizikal seperti puasa sunnat,qiamullai,membaca dan mentadabbur alqur’an,beraktiviti dakwah dengan seoptimum mungkin agar ia menjadi akhlaq kita di bulan ramadan..=)

2. I’dad Maliyah, iaitu persiapan harta

Jangan salah faham pula…persiapan harta bukan untuk membeli keperluan buka puasa yang berpuluh-puluh menu atau pakaian menyambut lebaran berbelas2 pasang sebagaimana tradisi kita selama ini. Mempersiapkan harta adalah untuk melipatgandakan sedekah,memperbanyakkan memberi karena Ramadhan pun sinonim dengan bulan sedekah. Pahala bersedekah pada bulan ini berlipat ganda dibandingkan bulan-bulan biasa.Jadi menabunglah sekarang untuk disedekahkan di bulan ramadhan

3. I’dad Fikri wa Ilmi, iaitu persiapan intelektual dan keilmuan

Agar ibadah Ramadhan sentiasa ditahap optimal, disana perlu kepada (persepsi) yang sebenar tentang Ramadhan. Caranya?? dengan membaca berbagai bahan rujukan dan menghadiri majlis ilmu tentang Ramadhan. Kegiatan ini berguna kepada kita agar beribadah sesuai tuntutan Rasulullah SAW, selama Ramadhan. Menghafal ayat-ayat dan doa-doa , atau menguasai berbagai masalah dalam fiqh puasa, dan juga penting untuk dipersiapkan.

Here,we go!

Ketika Al-Mustofa berada didepan , kupandangi pesonanya dari ujung kaki hingga kepala, Tahukah kalian apa yang terjelma ?
….Ya ….. Cinta !-(Abu Bakar ra)


Nabi demam kembali, kini suhunya semakin tinggi. Lemah baginda terbaring, menghadapkan wajah pada Fatimah anak kesayangan baginda.Sejak beberapa hari yg lalu,kesihatan baginda tidak elok. Isnin itu, kediaman manusia agung itu didatangi seorang lelaki berbangsa Arab yang sangat rupawan.
Di depan pintu, ia mengucapkan salam “Assalamu’alaikum duhai para keluarga Rasulullah dan bolehkah saya menjumpai kekasih Allah?”. Fatimah yang sedang mengurus ayahnya, bangun dan berdiri di belakang pintu “Wahai Abdullah, Rasulullah sedang sibuk dengan dirinya sendiri”. Fatimah berharap tetamu itu memahami dan pergi, namun suara asing semula kembali
mengucapkan salam yang pertama.

“Alaikumussalam, wahai hamba Allah” kali ini Nabi yang menjawabnya.
“Anakku sayang, tahukah engkau siapakah yang kini sedang berada di luar?”
“Tidak tahu ayah, bulu romaku meremang mendengar suaranya”
“Sayang, dengarkan baik-baik, di luar itu adalah dia, pemusnah kesenangan dunia, pemutus nafas di jiwa dan penambah ramai para ahli kubur”.
Jawapan nabi yang terakhir membuat Fatimah jatuh terduduk dan menangis seperti anak kecil.

“Ayah, bila lagi aku akan mendengar dirimu bertutur, harus bagaimana aku mendapatkan kasih sayang engkau, ku takkan dapat lagi memandang wajah ayahanda tersayang” pedih Fatimah. Nabi tersenyum, lirih ia memanggil ” Sayang, dekatiku, kemarikan pendengaranmu sebentar”. Fatimah menurut, dan Kekasih Allah itu berbisik mesra di telinga anaknya,

“Engkau adalah keluargaku yang pertama kali menyusuliku ”. Seketika wajah Fatimah tidak lagi sedih malah bersinar. Lalu kemudian, Fatimah mempersilakan tamu itu masuk. Malaikat pencabut maut berparas rupawan itu pun kini berada di samping Muhammad.

“Assalamu’alaikum ya utusan Allah” dengan takzim malaikat memberi salam.
“Salam sejahtera juga untukmu pelaksana perintah Allah, apakah tugasmu saat ini, berziarah ataukah mencabut nyawa si lemah?” tanya nabi. Angin berhembus dingin.
“Aku datang untuk keduanya, berziarah dan mencabut nyawamu, itupun setelah engkau perkenankan, jika tidak Allah memerintahkanku untuk kembali”
“Di manakah engkau tinggalkan Jibril? Duhai Izrail?”
“Ia kutinggal di atas langit dunia”.
Tak lama kemudian, Jibril pun datang dan memberikan salam kepada manusia yang juga dicintanya kerana Allah.

“Ya Jibril, gembirakanlah aku saat ini” pinta Al-Musthafa.Terdengar Jibril bersuara perlahan di dekat telinga insan pilihan, “Sesungguhnya pintu langit telah di buka, dan para Malaikat tengah berbaris menunggu sebuah kedatangan, bahkan pintu-pintu surga juga telah dilapangkan hingga terlihat para bidadari yang telah berhias untuk menyambut kehadiran yang paling ditunggu-tunggu”.

“Alhamdulillah, betapa Allah maha penyayang” sendu Nabi, wajahnya masih saja pucat pasi.
“Dan Jibril,senangkanlah hati ini, bagaimana keadaan ummatku nanti”.
“Aku beri engkau sebuah perkhabaran,Allah telah berfirman, “Sesungguhnya Aku, telah mengharamkan surga bagi semua Nabi, sebelum engkau memasukinya pertama kali, dan Allah mengharamkan pula sekalian umat manusia sebelum pengikutmu yang terlebih dahulu memasukinya” Jawapan Jibril itu begitu menggembirakan baginda. Maha suci Allah, wajah Nabi disinari cahaya. Nabi tersenyum gembira.Dan beliau seperti tidak sakit lagi. Dan ia pun menyuruh malaikat izrail mendekatinya dan menjalankan amanah Allah.

Izrail, melakukan tugasnya. Perlahan anggota tubuh pembawa cahaya kepada dunia satu persatu tidak bergerak lagi. Nafas manusia pembawa berita gembira itu semakin terhembus jarang. Pandangan manusia pemberi peringatan itu kian meredup sunyi. Hingga ketika ruhnya telah berada di pusat dan dalam genggaman Izrail, nabi sempat bertutur, “Alangkah beratnya penderitaan maut”. Jibril berpaling tak sanggup memandangi sekujur tubuh yang dahulu selalu dia dampingi.
“Apakah engkau membenciku Jibril”
“Siapakah yang sampainya hati melihatmu dalam keadaan sakarat ini, duhai cinta,” jawabnya sendu.

Sebelum segala tentang manusia terindah ini menjadi kenangan, dari bibir manis itu terdengar panggilan perlahan

“Ummatku… Ummatku….”.
Dan ia pun dengan sempurna kembali.
Nabi Muhammad Saw, pergi dengan tersenyum, pada hari Isnin 12 Rabi’ul Awal, setelah tergelincirnya matahari, dalam usia 63 tahun.

Muhammad, Nabi yang Ummi, Kekasih para sahabat di masanya dan di sepanjang usia semesta, meninggalkan gemilang cahaya kepada dunia. Muhammad, pemberi peringatan kepada semua manusia, meninggalkan dalam-dalam tinta keikhlasan di lembaran sejarah.

Ia, Muhammad, menembus setiap gendang telinga sahabatnya dengan banyak bait-bait sabdanya dalam menjalani kehidupan.

Ia, Muhammad, yang di sanjung semua malaikat di setiap petala langit, berbicara tentang syurga, sebagai tebusan utama, bagi setiap amalan yang dikerjakan.

Ia, Muhammad yang selalu menyayangi fakir miskin dan anak yatim, menuturkan perintah untuk sentiasa memerhatikan manusia lain yang berkekurangan.
Dan Ia, Muhammad, tak akan pernah kembali lagi.
Sungguh, Madinah berubah kelabu.

Dan Aisyah ra, yang pangkuannya menjadi tempat singgah kepala Rasulullah di saat terakhir kehidupannya, mendendangkan syair kenangan untuk sang penyelamat seluruh alam, suaranya bening. Syahdunya membumbung ke jauh angkasa.

Beginilah Aisyah menyanjung sang Nabi yang telah pergi :
Wahai manusia yang tidak sekalipun mengenakan sutera,
Yang tidak pernah sekejap pun membaringkan diri pada empuknya tilam
Wahai kekasih yang kini telah meninggalkan dunia,
Ku tau perutmu tak pernah kenyang dengan lembut roti gandum,
Duhai, yang lebih memilih tikar sebagai alas pembaringan,
Duhai, yang tidak pernah terlelap sepanjang malam karena takut sentuhan neraka Sa’ir,
Muhammad yang tidak pernah "apa2" demi ummatnya.

Dan Umar r.a yang paling dekat dengan musuh disetiap medan jihad itu, kini menghunus pedang.Pedang itu menurutnya diperuntukkan untuk setiap mulut yang berani menyebut kekasih kesayangannya telah kembali kepada Allah. Umar menatap wajah-wajah para sahabat itu setajam mata pedangnya, meyakinkan mereka bahawa Umar sungguh-sungguh.
Umar bersumpah. Umar berteriak lantang. Umar menjadi sedemikian garang. Ia berdiri di hadapan para sahabat yang menunggu-nunggu khabar manusia yang dicinta.

Dan Abu Bakar, sahabat yang paling lembut hatinya, melangkah perlahan menuju kearah jasad manusia mulia. Langkahnya berjinjit, khuatir akan mengganggu seseorang yang tidur berkekalan, pandangannya lurus pada sekujur cinta yang dikasihinya dipertemuan pertama. Rupa berparas rembulan itu kini bertutup kain selubung. Abu Bakar hampir pengsan.
Nafasnya berhenti berhembus, tertahan. Sekuat tenaga, ia bersimpuh di depan jasad wangi al-Mustofa. Ingin sekali membuka penutup wajah yang disayangi arakan awan, disanjung hembusan angin dan dirindu kerlipan bintang, namun tangannya selalu saja gemetar.
Lama Abu bakar termenung di depan jenazah pembawa berkat.Akhirnya, demi keyakinannya kepada Allah, demi matahari yang masih akan terbit, demi mendengar rintihan pedih ummat di luar, Abu bakar mengais sisa-sisa keberanian. Jemarinya perlahan mendekati kain yg menutup tubuh suci Rasulullah, dan dijumpailah, wajah yang tak pernah menjemukan itu. Abu bakar memesrai Nabi dengan mengecup kening indahnya. Hampir tak terdengar ia berucap, “Demi ayah dan bunda, indah nian hidupmu, dan indah pula kematianmu. Kekasih, engkau memang telah pergi”.

Abu bakar menunduk. Abu Bakar kaku dan Abu Bakar berdoa di depan tubuh nabi yang telah sunyi.

Dan Bilal bin Rabah, yang suaranya selalu memenuhi udara Madinah dengan lantunan azan itu, tak lagi mampu berseru di ketinggian menara mesjid. Suaranya selalu hilang pada saat akan menyebut nama kekasih ‘Muhammad’.Di ruang angkasa, seruannya berubah pekik tangisan. Tak jauh dari langit, suaranya menjelma isak pedih yang tak henti. Setiap berdiri kukuh untuk mengumandangkan adzan, bayangan Purnama Madinah selalu saja jelas tergambar.

Tiap ingin menyeru manusia untuk menjumpai Allah, lidahnya hanya mampu berucap lembut, “Aku mencintaimu duhai Muhammad, aku merindukanmu kekasih”. Bilal, budak hitam yang kerap di sanjung Nabi kerana suara merdunya, kini hanya mampu mengenang Sang kekasih sambil menatap bola raksasa pergi di kaki langit.

Dan, terlalu banyak cinta yang tercatit di setiap jengkal lembah madinah. Yang tak pernah bisa diungkapkan.
Semesta menangis.

***
Sahabat, Sang penerang telah pergi menemui yang Maha tinggi.
Purnama Madinah telah kembali, menjumpai kekasih yang merindui.
Dan semesta, kehilangan pelita terindahnya.
Saya mengenangmu ya Rasulullah, meski hanya dengan setitik tinta pena.
Saya mengingatimu duhai pembawa cahaya dunia, meski hanya dengan sepatah kata.
******
Teman-teman..
dapatkah kita menyayangi Rasulullah sebagaiman sayangnya rasulullah kepada kita??
"kita akan ditempatkan disyurga bersama meraka yang kita sayangi"
"orang yang paling kita sukai dan yang paling kita sayangi ialah orang yang selalu kita sebut2 kan namanya"
Mahukah kita bersama Rasulullah Dijannah nanti??
Tapi,koreksi semula..
Rasulullah kah nama manusia yang selalu kita sebut?
Untuk semua sahabat. Mari kita saling mengingatkan, saling memberikan keindahan ukhuwah yang telah Rasulullah tercinta ajarkan dan tinggalkan kepada kita.
Mari Sahabat !
Allohuma Solli ala Muhammad …wa ala ali Muhammad …
Untuk kemuliaan manusia termulia dan tercinta sayyidina Rasulullah Muhammad SAW Bihurmati Habib
Al fatihah....
*Semarakkan Cinta Rasulullah Di bulan Sya'ban Yang Mulia ini..

"Apalah yang lebih jahat dari manusia yang ingin membunuh jati diri bangsanya. Bila ia perlukan al-Qur'an dan undang-undang Islam seperti qazaf, ia akan menggunakan sekian ulama untuk menolongnya. Bila tiada perlu ia agama, ia akan mengelak-ngelak dan mendakwa agama dan siasah itu terpisah tiada kena-mengena. Ini jenis permaisuri celaka namanya." — Faisal Tehrani (Ketupat Cinta : Musim Pertama)




Sewaktu berkunjung Ke KLIBF,buku pertama yang menjelma dikepala ialah apa-apa sahaja
buku terbaru karya FT..
dan gerai pertama yang disinggah ialah gerai FT..
dan saya berjumpakan KETUPAT disana...
Bukan KETUPAT BIASA,tapi KETUPAT CINTA..
Coretan FT,bersama autograph beliau di KETUPAT CINTA saya..
"Komander Khairani,Selamat Menjamu Selera"..
Ya,Sesungguhnya ia pilihan yang berbaloi...

Nah…saya juga ingin hidangkan Ketupat Cinta buat sahabat-sahabat.Tapi bukan saya yang membikinnya,Hanya Faisal Tehrani yang mencipta dan mengolah masakan ini.Kalian telah mencubanya?

Rasalah…pasti kalian akan kempunan lagi pada lainnya.
Pasti Tidak rugi..
Apatah Lagi menyesal..

Kalau Manikam Kalbu…pada falsafah pakaiannya; Melayu dan Islam,
Cinta hari-hari rusushan pada Gerakan anak muda zaman sosialis,
Advencer Si Peniup Ney pada falsafah kesenian Islam…
dan banyak lagi…
kini Ketupat Cinta didatangkan dengan falsafah disebalik masakan.
(perlu dimiliki oleh diatetik student i think)

Membacanya membuatkan saya tersengih-sengih, terkekek dan tergelak..
gayanya seperti membaca Ujang atau pun apo...
Bagaimana nak jadikan kita happy dan tergelak dengannya
dengan syarat kalian tidak mati rasa atau buta isu.Jika kalian ‘alert’ isu kita bersama, isu agama, isu semasa, isu nasional, kalian tidak akan mati rasa.Seandainya kalian tidak merasa apa-apa saat menikmatinya…
kalian jangan salahkan saya.


Kita lihat apa komen pembaca yang lain di http://www.goodreads.com/Kalaupun ini bukan buku terbaik FT, Ketupat Cinta tentunya buku yang paling sedap dan enak dinikmati. Kalaupun tidak menjilat jari, tentunya meleleh air liur kerana banyak tersengih sendiri.

Dalam buku ini, pembaca bukan sahaja menemui pelbagai resepi masakan Melayu lama, bahan-bahan dan cara memasaknya dan falsafah di sebalik setiap masakannya. Malah, sebenar-benarnya buku ini adalah sebuah satira politik yang menyentuh pergolakan siasah masa kini dengan adunan yang sungguh bijak sekali.

Pengekor isu-isu semasa, pastinya tidak sukar untuk mencari perkaitan antara kisah-kisah dalam Ketupat Cinta dengan peristiwa sebenar semasa. Bolehlah diibaratkan FT sebagai tukang masak handalan yang mengambil bahan-bahan dari isu semasa, digaulkan dengan ramuan-ramuan masa lalu, dihidangkan sebagai Ketupat Cinta, untuk makanan minda. FT juga bijak mencipta watak-watak dalam Ketupat Cinta. Ah, bagaimana bijaknya tidaklah dapat hakir khabarkan disini. Kenalah baca sendiri.


Saya kagum dengan kemahiran FT mengadun watak. Setiap watak itu bagi saya tidak mewakili individu tertentu dalam krisis siasah Malaysia, tetapi mewakili kelompok-kelompok tertentu.Komen lagi. Pelbagai nama watak yang telah dipalsukan terdapat di dalam Ketupat Cinta. Lama juga saya berfikir siapa Rosjah. Siapa RaJim. Siapa Lo' Ganish. Pembaca perlu membaca dan memahami situasi serta isu yang cuba dibawa penulis. Kemudian barulah boleh meneka siapakah watak yang cuba dimaksudkan itu. Tetapi, bukan 100% karakter di dalam Ketupat Cinta dilakukan oleh watak tersebut di alam realiti. Ia cuma kiasan sahaja.

Tak usahlah saya mengisahkannya di sini lebih-lebih, pasti tak sama cara setiap individu mencerna dan menilainya biarpun seakan-akan sama.
Mudah-mudahan kita tidak mati rasa dan beku pemikiran, banyak benda perlu dicakna agar tidak tertipu dengan ilusi kerna kita sedang berdepan dengan realiti. Apa yang terpapar di hadapan kita adalah realiti, begitu juga apa yang ingin dinyatakan oleh Saudara Faisal Tehrani adalah realiti.


tq kak syikin sebab bagi idea kepada saya..
KETUPAT CINTA KEDUA??

kami menunggu penuh minat...

Allahumma ba raik lana Fi Rejab wa Sya'ban wa Ballighna ramadhan..
Ramadhan Yang Dirindui....

Ini cerita seekor kerang...
Cerita pengajaran...
Cerita sastera...
Cerita kita

Seekor makhluk Allah yang hidup dalam dunianya yang
tersendiri. Begitu sukar ditafsir oleh pancaidera manusia. Kehidupannya sama seperti kita; seandainya kita adalah kerang.

Angin taufan yang melanda pantai laut Mediteranean bulan
itu amat kuat sehingga meniupkan tiupan angin yang bukan kepalang, lalu
angin itu ditafsir menjadi gulungan ombak yang menggila sepanjang
pantai. Ia takut, risau dengan keselamatannya. Lantas ia tetap menyorok
dalam cangkerangnya. Lama ia begitu, biarpun kelaparan tetap bertahan.
Tanpa melihat keluar walau sejenak pun. Adakalnya ia bergolek-golek;
dek kerana hempasan ombak setinggi langit baginya. Lalu ia berdoa,
semoga tetap bertahan.

Kembali muhasabah erti sebuah kehidupan. Terkenang ia akan sebulan yang lalu, pantai itu begitu tenang. Pantai yang terletak di salah sebuah daerah Mesir; Dumyat. Keriangan petang
itu bersama rakan-rakannya yang lain masih terasa hingga kini. Tika itu, seluruh ahli keluarganya berkumpul bersama-sama, makan bersama-sama dan gelak ketawa silih berganti. Alangkah riangnya hati. Semua kerang membuka luas cangkerangnya, begitu banyak makanan yang dapat diperoleh. Dia dapat melihat seluruh dunianya; dunia terumbu karang.

Namun kini, segalanya berubah. Ingatkan panas hingga ke petang, namun hujan di tengah hari. Pernah sekali ia cuba melihat keluar dalam ngauman ombak tatkala itu. Astaghfirullah...
Segala-galanya hancur, mati dan binasa. matanya terpaku kepada sekujur cangkerang; seolah biasa melihatnya. "Maak!.." Itu sahaja kalimah yang terlafaz pada mulutnya. Dalam linangan air mata ia cuba mendekati tubuh itu. Mati. Tiada apa yang boleh diusahakan. Dia lantas menoleh ke sekelilingnya, segala-galanya hancur! cangkerang siput, kerang dan ketam bergelimpangan di sana-sini. Ia amat takut, trauma melihatnya. Dia lantas pergi dari situ, meninggalkan sekujur tubuh kaku insan tercinta.

Tiba-tiba ia terlihat seekor kerang yang masih teguh cangkerangnya, cantik, indah. Ia cuba mendekati perlahan-lahan, dengan harapan menemukan kerang hidup yang lain. Ombak menghempas lagi. Cepat-cepat ia masuk ke dalam perlindungannya. Setelah reda ia cuba
membuka kembali pintu cangkerangnya. "Ya Allah!..." Alangkah terkejutnya ia, kerang tadi yang begitu indah luarannya terbuka luas mulutnya. Hanyir dan busuk. Kelihatan beberapa ekor ulat sedang memamah jasadnya. Ulat itu menggelitik-gelitik. Menggelikan, matanya melihat,
otaknya mentafsir lalu meghasilkan satu emosi yang kurang menyenangkan. Ia mual dan termuntah di situ.Kerang itu sedih dan duka. hatiya benar-benar menangis, pilu mengenangkan nasib diri. Lalu atas tikar kesedihan itu ia bermunajat kepada Ilahi. Biar betapa kuat ombak menghempas, ia tetap bertahan. Ya tetap bertahan dalam cangkerangnya.

Begitulah juga kehidupan seorang manusia wahai sahabatku.Kita ini ibarat kerang. Dunia kita ialah pantai. Adakalanya arus laut terlalu tenang, indah, senang dan perlahan. Lantas kita lupa, kita alpa dengan kesenangan yang hanya sementara. Kita juga lupa bahawa kita
hanyalah kerang yang lemah, menumpang dalam pentas kehidupan. Sungguh, zaman remaja kita amatlah hebat ombak cabarannya wahai sahabatku, walaupun kita tidak menyedari hakikat ini. Fenomena-fenomea kebejatan sosial dan kehancuran akhlak adakalanya tidak disedari oleh
kita.

Jarum-jarum thaghut telah mencucuk hati kita melalui media-media, majalah, surat khabar dan internet. Maka ramai yang hatinya mati, seperti matinya kerang-kerang, siput-siput dan
ketam-ketam dalam kisah di atas. Hanyalah bahtera iman yang akan melayarkan kita ke destinasi yang abadi. Perkasakanlah iman dengan al-Quran dan solat malam. Sentiasa
berdamping dengan Quran, kerana ia akan menyalakan semangat perjuangan.
Manakala solat malam (qiamullail) akan memantapkan hati, meneguhkan
jiwa dan melancarkan lidah.

Adakalanya kita perlu beruzlah (mengasingkan diri) dalam cangkerang keimanan kita. Ombak di luar sana amat hebat sahabatku. Berlindunglah dalam cangkerang keimananmu. Semoga hati kita sentiasa bersih dan suci. Kerang itu masih di situ. Berteleku dalam munajatnya di hadapan wajah Tuhan. Kerang itu teguh dan kuat, tatkala yang lain kalah, ia dapat bertahan.
Kisah kerang; analogi kehidupan insan. Ada yang kalah dan mati, ada yang hidup dan tetap bertahan. Sekiranya seekor kerang dapat bertahan di pantai ombak ganas yang membinasakan, mampukah kita bertahan dalam arus dunia keremajaan?
*Terima Kasih Buat Kak su